Minggu, 22 Mei 2016

KISI BALIK BY ELVA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagian besar materi zat Padat adalah Kristal Dan elektron didalamnya. Zat Padat mulai dikembangkan awal abad ke- 20, mengikuti penemuan difraksi sinar-x oleh kristal. Sebuah Kristal Ideal disusun oleh satuan-satuan struktur yang identik secara berulang-ulang yang tak hingga didalam ruang. Semua struktur kristal dapat digambarkan atau dijelaskan dalam istilah Lattice (kisi) dan sebuah Basis yang ditempelkan pada setiap titik lattice (titik kisi).[1]
Struktur kristal mempunyai 2 kisi, yaitu kisi Kristal dan kisi resiprok. Jika Kristal disinari dengan sinar x, maka akan dihasilkan pola dipraksi yang merupakan peta kisi resiprok Kristal tersebut. Bila sinar x mengenai Kristal sebagai kisi nyata, maka dihasilkan pola dipraksi yang berbentuk kisi resiprok. Jika suatu Kristal terdiri dari atom-atom yang tersusun secara teratur dan periodik dalam ruang dan jarak anatar atom hampir sama dengan panjang gelombang sinar x, maka Kristal tersebut dapat berfungsi sebagai kisi-kisi yang menghamburkan cahaya. Sinar x mempunyai panjang gelombang yang mendekati jarak antar atom, maka difraksi dapat terjadi kalau Kristal dikenai oleh sinar x (Rita Prasetyowati : 2012).
Sel satuan ( unit cell ) Kristal dibangun oleh vector-vektor basis 1 , 2, dan  3. Kristal dalam ruang real atau nyata 3 dimensi tersebut disebut kisi langsung ( direct lettice ). Dapat didefinisikan sebagai kisi balik ( reciprocal lattice) yang dibangun oleh vector-vektor basis dalam ruang balik 1 , 2, dan  3. Vektor dalam kisi resiprok ( semacam vektor translasi T dalam kisi langsung ). Kisi balik merupakan kisi yang berada pada ruang momentum.


A.   RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimanakah difraksi sinar x oleh kristal ?
2.    Bagaimanakah ruang kisi balik (Reciprocal Lattice )?

B.   TUJUAN PENULISAN MAKALAH
1.    Untuk mengetahui difraksi sinar x oleh kristal.
2.    Untuk mengetahui ruang kisi balik (Reciprocal Lattice ).


BAB II
PEMBAHASAN
A.   Difraksi Sinar X oleh Kristal
Jika sinar x monokromatis dikenakan pada suatu bahan maka intensitas sinan ada r yang dihamburkan (I) akan lebih rendah dari pada intesnsitas sinar yang dating (I0). Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh bahan dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam bahan tersebut. Berkas sinar yang terhambur tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasenya berbeda dan ada pula yang saling menguatkan karena fasenya sama. Berkas sinar X yang paling menguatkan itulah yang sering disebut sebagai berkas difraksi sinar X.[2]
Untuk membuat pola difraksi sinar X maka sinar X yang diperlukan adalah sinar X yang berpanjang gelombang atau monokhromatis. Untuk itu sebelum sinar X dikenakan pada sampel/bahan, sebaiknya sinar X tersebut dibuat monokhromatik terlebih dahulu dengan cara: Sinar-x polikhromatik yang keluar dari generator, dikenakan terlebih dahulu pada kristal monokhromatik, yang fungsinya menyaring sinar polikhromatik menjadi sinar monokhromatik, sebagian sinar yang monokhromatik akan dibelokkan ke kristal sampel, sedangkan yang lainnya yaitu sinar yang tidak dibelokkan akan diteruskan melalui monokhromator, seperti pada gambar berikut. [3]                                Sinar x dari generator


 
                                                            Sinar dari monokromator
     
Kristal Monokromator                                    menuji kristal
                                                                  Sampel pada meja pemutar
  Bagian sinar yang diteruskan
  Gambar 1
Cara memonokhromatisasi sinar X
Sebuah kristal terdiri dari deretan atom-atom yang teratur letaknya, masing-masing atom dapat menghamburkan gelombang elektromagnetik yang datang padannya. Berkas sinar X ( monokromatik) jatuh pada sebuah kristal akan menghamburkan kesegala arah, tetapi karena keteraturan letak atom-atom, pada arah tertentu gelombang hambur itu akan berinterferensi saling menguatkan ( konstruktif ), sedangkan yang lainnya akan berinterferensi saling melemahkan ( destruktif ) .[4]Atom- atom dalam kristal dapat dipandang sebagai unsure yang membentuk keluarga bidang datar dengan masing-masing keluarga mempunyai jarak karakteristik antara bidang- bidang kristal yang diberi nama bidang Bragg. Syarat yang diperlukan agar radiasi yang dihambur atom kristal membentuk interferensi saling menguatkan dapat diperoleh dari diagram seperti gambar berikut :
                                                   
Sinar monokro                           1                                                                                        sinar X difraksir(refleksi)
2                                    
 kristal sampel                 d    
                                                                                                               
Gambar 2.
Difraksi sinar X
Apabila berkas sinar X monokromatik yang panjang gelombangnya  dijatuhkan pada permukaan bahan sampel dengan sudut , yang jarak antar bidang kristalnya d. Bila berkas sinar mengenai atom A pada bidang pertama dari keluarga bidang Bragg dan bidang B pada bidang berikutnya. Masing-masing atom akan menghamburkan sebagian berkas tersebut dalam arah rambang. Berkas cahaya yang dihambur oleh atom A dan B yang memenuhi kriteri adalah bertanda 1 dan 2 dalam Gambar 2. Persyaratan untuk sinar 1 dan sinar 2 adalah sudut hambur berharga sama dengan sudut jatuh  dari berkas semula.
Sehingga selisih lintasan      
Hasil interferensi pada detektor adalah bergantung pada beda fase ( ) antara 2 sinar difraksi yang berurutan.
Hasil interferensi akan maksimum jika :    
Jadi:  =
Maka, didapat persamaan = n … yang sering disebut Hukum Brogg.
Dengan : d menyatakan jarak antar bidang Bragg ( Ȧ)
  menyatakan sudut difraksi sinar X (o)
n menyatakan orde basis berkas sinar yang dihamburkan, yaitu 1,2,3.. dst
  menyatakan panjang gelombang sinar X (Ȧ)
Apabila sudut difraksi , orde difraksi n dan panjang gelombang  diketahui maka jarak antara bidang Bragg (d) dapat dihitung.
Apabila kristal yang dikenai oleh sinar X berbentuk kubus maka jarak antarbidang kristalnya (dh k l) akan didapatkan :
Dengan : dh k l = adalah jarak antar bidang kristal ( Ȧ)
                       a = jarak antar titik kisi ( Ȧ)
                 h3k3l = indeks Miller bidang Kristal
      Indeks Miller melalui titik-titik kisi suatu kristal dapat dibentuk suatu bidang datar. Masing-masing bidang datar memiliki orientasi yang berbeda kecuali pada bidang yang sejajar orientasinya adalah identik Untuk menentukan orientasi bidang tersebut digunakan sistem indeks yang dinamakan indeks Miller (hkl).                                                                                                 Untuk menentukan indeks miller dapat dicari dengan cara sebagai  berikut :            
1. Tentukan perpotongan bidang kristal dengan  sumbu a,b dan c.
gambar 3 : vektor basis primitive untuk sc
OM = ¼ a , OS = 2/3 b , OR = ½ c  , Titik perpotonga pada a,b,c adalah ¼, 2/3, ½ .
2. Tentukan bilangan resiprok (bilangan yang berbanding terbalik dengan nilai titik potong bidang dengan sumbu a,b,c.                                      Titik potong               : ¼, 2/3, ½                                                     Bilangan resiprok        : 4 , 3/2, 2
3. Buatlah bilangan resiprok tersebut menjadi bilangan bulat terkecil                                      Bilangan resiprok                         : 4, 3/2, 2                                                                     Bilangan bulat terkecil            : 8, 3, 4                                                                        Maka Indeks Miller (hkl)        : (834)

B.     Ruang Kisi Resiprok (Reciprocal Lattice)
       Dari persamaan Bragg, yaitu n = 2 dh k l sin  memberikan pernyataan kondisi yang murni untuk interferensi saling menguatkan ( konstruktif) dari gelombang yang menghamburkan oleh titik kisi. Kita memerlukan analisi yang lebih dalam untuk menentukan intensitas hamburan dari basis suatu atom, yang berasal dari distruksi electron dalam tiap sel.
            Struktur kristal yaitu apabila sebuah kristal mempunyai translasi kristal ( ) yang sama dalam bentuk  =   
Dengan dan  adalah bilangan bulat serta dan  adalah sumbu kristal. Semua besaran fisika dari kristal dianggap tidak berubah terhadap seperti perubahan konstruksi, kerapatan jumlah electron ataupun kerapatan momen magnetik. [5]

a)      Analisis Foureir
Kerapatan jumlah elektron n (r) merupakan fungsi periodic terhadap r, dengan periode dan   dalam arah pada masing- masing sumbu kristal x, y dan z intensitas gelombang terdeteksi adalah bergantung pada distrubusi elektron dalam setiap sel.  Kerapatan jumlah elektron n ( ) ternyata merupakan fungsi yang periodik.
Sehingga : ……. (1)
= Vektor translasi kristal
 =  
Bukti persamaan (1).
Misal n (x) = fungsi periodic dalam arah sumbu x (1 –Demensi) dengan periode a. setiap fungsi periodik dapat ditulis dalam deret fourier sebagai berikut :
……(2)
Dengan :        p       = Bilangan bulat 1, 2 , 3…
               CP dan Sp = tetapan real = koefisien Fourier
                    a          = Perioda
Persamaan (2), dapat ditulis dalam bentuk :
                                       .…..(3)
Dengan : exp
        p    = semua bilangan bulat (-) , nol (0), danpositif (+)
Pada persamaan (3), np adalah koefesien Fourier = bilangan kompleks. Untuk menjadikan n(x) = fungsi yang rill, syaratnya adsalah :
Bukti :
Misalkan untuk p dan –p , maka persamaan 3, menjadi :
            ….(4)
Untuk fungsi periodic tiga dimensi n ( ) deret fourier dapat ditulis dengan cara yang sama yaitu :
                                            …..(5)
Tugas kita adalah menentukan vektor sedemikian rupa sehingga persamaan (5) tidak berubah oleh vektor translasi kristal   .

b)     Vektor Kisi balik ( Reciprocal lettice )
Vektor dalam kisi resiprok ( semacam vektor translasi T dalam kisi langsung ). Kisi balik merupakan kisi yang berada pada ruang momentum.[6] Untuk menentukan , terlebih dahulu definisikan sumbu – sumbu vektor lattice (kisi ) resiprok :  dan .
Dengan :
                                                   ….(6)
Dari persamaan 6. Diperoleh :
dengan lazim disebut : fungsi  kronekrer
Dimana jika i = j
              = 0 jika i j
Setiap titik dalam ruang resiprok oleh sebuah vektor lattice resiprok yang didefinisikan sebagai :
                                           ….(7)
Pada persamaan (5) bukti bahwa , didefinisikan oleh persamaan 6. Bukti bahwa persamaan (6.5) tidak berubah oleh
                         .…(8)              
Dengan harga :
exp i=
                   = exp i
Jadi, persamaan terbukti bahwa
          Hasil ini membuktikan bahwa reperesentasi Fourier untuk fungsi periodik dalam kisi kristal dapat mengandung :  hanya dalam vektor kisi resifrok sebagaimana di definisikan dalam persamaan
c)      Daerah Brillouin
  Daerah Brilloin pertama didefinisikan sebagai sel primitive Wigner-Seitz : pada kisi resiprok. [7]Harga dasar Brilloin menyatakan interpretasi simetrik dari keadaan kondisi difraksi yang dinyatakan dalam bentuk persamaan :
         
Apabila kedua ruas kiri dan kanan dibagi menjadi 4 bagian. Maka persamaan tersebut menjadi :
         

1.      Kisi Resiprok untuk sc (sc = simple cubic)
           Vektor translasi primitife untuk dari kisi kubus sederhana,dapat dinyatakan sebagai persamaan berikut.
          Dengan dan adalah vektor anthogonal (vektor yang saling tegak lurus ) dalam satuan panjang. Apabila volume sel satuannya adalah Vo = maka vektor translasi primitive untuk vektor resiprok dari persamaan :
Dalam hal ini, kisi resiproknya adalah kisi kubus itu sendiri dengan konstanta kisi sebesar .
Gambar 4 : Vektor Basis Primitif untuk sc
Batas-batas daerah Brilloin prtama adalah bidang normal terhadap enam vektor kisi resiprok, yaitu untuk  titik tengahnya menjadi :
Batas tepi keenam bidang kubus dan volume kubus sebesar , merupakan daerah Brollouinn pertama untuk kisi kristal kubus sederhana.

2.      Kisi Resiprok untuk fcc
Vektor translasi primitive untuk kisi resiprok sebuah kubus pusat muka/pusat fcc dari gambar berikut ini :
gambar 4. Vektor Basis Primitif untuk fcc
Volume sel primitifnya V  = ,sedangkan volume sel primitife dari kisi resiproknya adalah . yang besarnya sama dengan  43
vektor translasi primitive dari sebuah kisi resifrok sebuah kisi fcc adalah :
3.      Kisi Resiprok untuk bcc
Vektor translasi primitive untuk kisi kubus pusat badan/pusat ruang/bcc seperti pada gambar dibawah ini.
 
Gambar 5: Vektor Basis Primitif untuk kisi kubus bcc
Gambar 6.  Daerah Brillioin Pertama untuk kisi kubus bcc
Dengan a merupakan sisi kubus konvensional dan dan merupakan vektor satuan orthogonal yang sejajar dengan tepi kubus, volume sel primitive untuk bcc adalah :
V = , sedangkan volume sel primitive dari kisi resiproknya adalah  yang besarnya sama dengan 2 3 .
Vektor translasi primitive dari kisi resiprok sebuah kisi bcc adalah :
BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
1.    Sinar x monokromatis dikenakan pada suatu bahan maka intensitas sinan ada r yang dihamburkan (I) akan lebih rendah dari pada intesnsitas sinar yang dating (I0). Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh bahan dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam bahan tersebut. Berkas sinar yang terhambur tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasenya berbeda dan ada pula yang saling menguatkan karena fasenya sama. Berkas sinar X yang paling menguatkan itulah yang sering disebut sebagai berkas difraksi sinar X.
2.    Ruang Kisi Resiprok
a.       Analisis Foureir
Untuk fungsi periodik tiga dimensi n ( ) deret fourier dapat ditulis dengan cara yang sama yaitu :
b.      Vektor Kisi balik ( Reciprocal lettice )
c.       Daerah Brillouin
Daerah Brilloin pertama didefinisikan sebagai sel primitive Wigner-Seitz : pada kisi resiprok. Harga dasar Brilloin menyatakan interpretasi simetrik dari keadaan kondisi difraksi yang dinyatakan dalam bentuk persamaan :
3.    Kisi resifrok untuk sc , fcc, dan bcc
1.    Vektor translasi pramatif untuk vektor kisi resiprok untuk sc:
Volume sel primitive kisi resiproknya adalah yang besarnya sama dengan
2.      Vektor translasi pramatif untuk vektor kisi resiprok untuk fcc adalah :
Volume sel primitife dari kisi resiproknya adalah . yang besarnya sama dengan  43
3.      Vektor translasi pramatif untuk vektor kisi resiprok untuk bcc adalah :
Sedangkan Volume sel primitife dari kisi resiproknya adalah . yang besarnya sama dengan  23.

B. SARAN
   Dalam pembuatan makalah ini tentunya penulis sangat menyadari kekurangan dalam isi dan penulisan. Penulis sangat mengharapkan apresiasi para pembaca untuk bisa memanfaatkan materi yang telah penulis sajikan dalam makalah. Selain itu, penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca mengenai makalah ini agar dapat menjadikan makalah ini lebih baik lagi untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Wiendartun wie. Materi pokok pengantar fisika zat padat, 2007.Jarakrta: universitas terbuka.
Chang, Raymond. Kimia Dasar Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. 2003. Jakarta : Erlangga

Suminta, Supandi. Simulasi Pola Difraksi Sinar-X Berbagai Jenis Mineral Zeolit Alam dengan Sumber Jurnal : Program Rietan.E-mail Supandi­_1@yahoo.com.

Studi teoritik, Syhril, FMIPA UI, 2012.PDF









      [1] Raymond Chang. Kimia Dasar Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. 2003. Jakarta : Erlangga . h. 378
     [2] Wiendartun. Materi pokok pengantar fisika zat padat, 2007.Jarakrt: universitas terbuka.h. 5.3
     [3] Supandi Suminta. Simulasi Pola Difraksi Sinar-X Berbagai Jenis Mineral Zeolit Alam dengan Sumber Jurnal : Program Rietan.E-mail Supandi­_1@yahoo.com
    [4] Supandi Suminta, Simulasi Pola Difraksi Sinar X Berbagai Jenis Mineral Zeloid Alam Dengan Program Rietan, Jurnal Zeloid Indonesia, (Juli 2003). Hal 46-47
     [5] Wiendartun. Materi pokok pengantar fisika zat padat, 2007.Jarakrt: universitas terbuka.h. 6.3
     [6] Studi teoritik, Syhril, FMIPA UI, 2012.PDF
[7] Wiendartun. Materi pokok pengantar fisika zat padat, 2007.Jarakrt: universitas terbuka.h. 6.20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar